Rabu, 19 Agustus 2015

Memaknai Kemerdekaan RI yang ke 70

Setiap tahun di tanggal 17 Agustus kita bangsa Indonesia selalu memperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Seremonial yang selalu kita lakukan dalam memperingati hari bahagia itu biasanya di kampong kampong diadakan lomba tradisional untuk anak anak, ibu PKK sampai bapak bapak juga ikut lomba, setelah itu dilanjut dengan malam tirakatan disetiap sudut gang perumahan dan paginya Upacara Bendera.
Seremonial itu kita lakukan berulang ulang setiap tahun dan hasilnya tetap sama...Nasionalisme berbanding terbalik dengan hiruk pikuk pesta kemerdekaan. 
Contoh paling sederhana kita bisa lihat perbedaan jaman saya dulu waktu kecil dikampong, setiap rumah sangat antusias mengibarkan bendera sang saka merah putih. 
Masih ingat saat bapak memanggil saya untuk membantu memasang bendera di depan pagar...kita bertiga anak anaknya berebut memegangi tiang dan bendera agar terikat dan terpasang sempurna di depan rumah, demikian juga tetangga sebelah kanan kiri, begitu bangganya melaksanakan kegiatan pemasangan dan pengibaran bendera di depan rumah setiap 17 Agustus.
Belum lagi perlombaan perlombaan agustusan, karnaval dan lain lain dengan kumandang lagu lagu kebangsaan yang menggugah nasionalisme kita.
Bagaimana dengan Agustusan sekarang ? coba sedikit jujur apakah ada greget ? pembaca ikhlas memasang bendera didepan rumah kita? ayoo...jujur. Coba tengok sepanjang deret rumah kita saat agustusan kemarin...ada berapa yang memasang bendera dan yang tidak memasang bendera...heheheh hampir separuh tetangga kita tidak memasang bendera merah putih didepan rumah. Bahkan kampung sebelah kita satu deret tidak memasang satu bendera pun di jalan depan.
Belum lagi lomba anak anak yang sudah jarang terdengar lagu kebangsaan yang berkumandang mengiringi lomba lomba mereka. Karang taruna sebagai panitia lomba lebih sreg memutar lagu dangdut, lagu oplosan dan lagu lagu yang sifatnya instan dari mancanegara, mereka bergoyang semua hehehehe....terlalu sering nonton sinetron...dan orangtuanya membiarkannya.
Nelongso melihatnya....maka jangan marah bila anak muda lebih suka pakai kaos Palu Arit dibandingkan dengan atribut perjuangan, lebih suka nyanyi oplosan ketimbang Indonesia Raya....hehehe...jangan marah...karakter itu kita loh yang membentuknya. 
Generasi penerus kita mana bisa bersaing di MEA kedepan, mana mampu menjadi pemain di era Global, hanya menjadi penonton dan terpinggirkan.
Stop membiarkan anak kita melihat sinetron, larang anak kita memutar lagu oplosan yang biasanya terdengar di area remang remang, awasi cara berpakaian dan berikan tauladan dengan tingkah laku kita sehari hari.

Makna kemerdekaan itu adalah bila rasa Nasionalisme dan Cinta Tanah Air kita setiap tahun bisa menigkat dan terpelihara.

 Merdeka...!!!